0 2 mins 10 mths

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengutuk keras penolakan Israel terhadap solusi dua negara dengan Palestina. Guterres menyatakan penolakan ini sebagai tindakan yang tidak dapat diterima, yang berpotensi memperpanjang konflik di Gaza.

“Pada minggu lalu, penolakan yang jelas terhadap solusi dua negara oleh pemerintahan Israel pada tingkat tertinggi adalah sesuatu yang tak dapat diterima,” tegas Guterres dalam pidatonya di Dewan Keamanan PBB pada Selasa waktu setempat.

Baca Juga : Dinamika Pemilihan Presiden di Indonesia – Peran, Proses, dan Dampaknya

Menurutnya, penolakan ini bukan hanya terhadap gagasan dua negara, tetapi juga terhadap hak kenegaraan rakyat Palestina. Guterres memperingatkan bahwa hal tersebut dapat memperburuk konflik, menjadi ancaman bagi perdamaian dan keamanan global.

Dalam pertemuan tersebut, Guterres mengeluarkan seruan untuk pengakuan universal terhadap hak rakyat Palestina untuk membangun negara yang sepenuhnya merdeka.

Netanyahu Raih Kecaman Global dengan Penolakan Terbentuknya Negara Palestina

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menciptakan gelombang kecaman internasional dengan menolak seruan pembentukan negara Palestina. Penolakan ini juga berarti menentang dukungan finansial besar dari Amerika Serikat, yang memberikan bantuan militer miliaran dolar kepada Israel.

Kantor Netanyahu mengungkapkan bahwa Israel “harus mempertahankan kendali keamanan atas Gaza” bahkan setelah potensi “penghancuran” Hamas. Pernyataan ini datang beberapa hari setelah Netanyahu menolak kedaulatan Palestina atas Tepi Barat yang diduduki, dengan menegaskan perlunya Israel memiliki kendali keamanan atas seluruh wilayah sebelah barat Sungai Yordania.

Baca Juga : Mengatasi Keluhan Pemilik Rumah Akibat Kebisingan Lingkungan – Solusi dan Pendekatan yang Efektif

Sementara itu, konflik terus berlanjut di Gaza, dengan jumlah korban tewas mencapai hampir 25.500, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Guterres menyoroti bahwa penolakan ini dapat memperburuk polarisasi dan memperkuat kelompok ekstrem di seluruh dunia.